Jumat, 13 November 2009

Pelajaran hidup

Aku pernah mengatakan kepada teman-temanku ataupun mereka yang curhat kepadaku, bahwa setiap orang yang ada dalam lingkaran hidup kita pasti akan memberikan kita pelajaran, langsung atau tidak langsung, ,menyenangkan atau tidak. Dan sekali lagi, aku mendapatkan buktinya.

Inisialnya V, laki-laki, berkulit sawo matang, postur badannya cukup tinggi. Bagiku, ia betul-betul memenuhi stereotype orang Manado: “jago” bicara, bagaya, istilahnya biar kalah nasi, asal jangan kalah aksi. Hehehehe.. Hal itulah yang kadang suka membuatku aku tak sepaham dengan dia, geleng-geleng kepala kadang kalau melihat tingkahnya.

Beberapa bulan belakangan dia keranjingan fitness, hampir tiap ada waktu luang pasti dia ke gym. Awalnya aku pikir motivasinya benar-benar untuk sehat, terbukti ia juga berhenti merokok. Tapi ternyata ada motivasi lain yang baru kami (saya dan teman-teman) ketahui belakangan. Ia ikut L-Men contest! Sayangnya, tahun ini ia gagal, badannya belum terbentuk seperti peserta lainnya. Ia cerita kegagalannya dengan santai dan bahkan membuat kita tertawa saat mendengarnya. Tapi rupanya kegagalan itu membuat ia punya tekad untuk memperbaiki diri. Jadilah ia makin keranjingan fitness, dan bahkan rela makan mie instan tiap hari karena uangnya ia gunakan untuk beli susu suplemen ! Kami tertawa sekaligus geleng-geleng kepala. Ampun! Tapi toh dia cuek bahkan berkata, “Lihat aja nanti, kalo aku jadi model”. Oh, please. (Fyi, V selalu merasa dialah lelaki terganteng di muka bumi ini. Hahahahaha!)

Tapi itulah, mungkin karena ketidakrelaanku untuk memuji dia, akhirnya aku pun “disentil”. Beberapa hari lalu, saat aku dan suami sedang mengobrol, tiba-tiba dia datang dan langsung pamer otot-otot hasil fitnessnya. Tetap dengan gaya “akulah-cowok-paling-ganteng”-nya itu. “Weits..jadi nih badanku. Keren kan?” Sambil memamerkan semua otot-otonya. Aku cuma mesem-mesem kesel, tapi kuakui badannya sudah terbentuk, perutnya udah six pack. Tiba-tiba satu kalimat yang meluncur dari mulutnya yang akhirnya membuat aku sedikit terdiam dan merenung. “Tunggu enam bulan lagi, pasti badanku betul-betul jadi.”

Ternyata tekad V betul-betul kuat, dan ia berusaha sekuat mungkin untuk mencapai tujuannya, termasuk pengorbanannya untuk makan mie instan tiap hari itu. Hasilnya toh sudah terlihat. Ia pun sadar masih perlu waktu untuk betul-betul mencapai bentuk badan yang “sempurna”. Segala sesuatu memang butuh proses, tidak ada yang instan. Kalau kita jalani dengan penuh tekad dan sabar pasti kita akan memperoleh hasilnya.

V paling tidak sudah berhasil membuktikan hasil pengorbanannya. Sementara aku, nggak tahu sejak berapa bulan lalu niat berolahraga untuk mengurangi lemak-lemak di tubuh, tapi toh tetap belum terlaksana. Tekadku emang belum kuat. Masih suka terlena dan malas untuk termotivasi. Kayaknya aku harus meniru tekad bulat si “Manado boy” yang satu ini!