Sabtu, 31 Mei 2014

Dear William


Dear William,

Apa kabar kamu disana? Semakin sibuk pastinya dengan berbagai tugas kerajaan. Apalagi sekarang sudah ada si kecil George. Bertambah lagi peran, sebagai ayah. Anakmu lucu, Will! Menggemaskan! Pengen kukunyah pipi gembulnya itu, pasti mata birunya bakal membelalak. Hahaha… IIh membayangkannya saja sudah membuatku geregetan. Pantas kamu makin bahagia sekarang ya, Will. Punya istri cerdas dan cantik, anak yang super duper menggemaskan.
Ngomong-ngomong soal istri, Kate apa kabar, Will? Tampaknya dia sudah beradaptasi ya dengan segala tata karma keluargamu itu. Satu nilai lebih lagi untuk dia dibanding aku. Tapi aku senang dia mendapatkanmu..dan sebaliknya J Memang harus orang seperti dia yang bisa menggantikanku menjadi pendampingmu.
Tunggu Will…jangan dirobek dulu suratnya… Aku cuma ingin ngucapin selamat buat kamu dan Kate. Selamat berbahagia selama-lamanya. Mungkin terlambat..tapi lebih baiklah. And..i would like to say I’m sorry. Sorry karena tidak bisa mendampingimu. Masalahnya bukan di kamu, Will. Ini sepenuhnya tentang aku. Aku gak bisa jalanin hubungan beda benua kayak gini. Kejauhan, Will. Berat di ongkos, berat di hati. Kamu mungkin nggak masalah di bagian ongkosnya. Tapi aku pingsan sudah. Kamu tahu kan beda nya nilai tukar Rupiah dan Poundsterling, Will?.
Aku juga gak sanggup Will, ikutin semua peraturan kerajaan. Segala tata krama itu memang bukan untuk manusia serampangan seperti aku. Cara melambaikan tangan yang anggun, tersenyum manis, melipat kaki yang sopan, mengangkat cangkir teh, beru membaca manual booknya saja aku sudah seperti mau ujian disertasi doktoral rasanya. Mumet!
Itu alasannya aku mundur, Will. Aku nggak sempat bicara langsung sama kamu. Entah pesanku waktu itu disampaikan nggak ke kamu. Tapi aku beneran minta maaf. Walaupun aku udah jatuh cinta sama kamu sejak lihat wajah sedih tertahan kamu di hari pemakaman ibu kamu. Aku bela-belain ikutin prosesi pemakaman itu di depan tv. Nggak pakai ganti baju sekolah dulu waktu itu. Pulang langsung duduk depan tv, nungguin kamu nongol.
Ya sudahlah, Will. Toh kamu sekarang mendapatkan penggantiku. Dia lebih cocok dan sepadan sepertinya dengan kamu. Btw, dia tahu tentang kita? Penasaran aja aku. Kamu juga terlihat bahagia bersamanya. Tapi itu rambut kenapa makin botak, Will? Kamu kayak gitu amlah kelihatan jauh lebih tua, walau senyum dan mata kamu tetap memikat.
Will, ada yang mau aku kasih ke kamu, untuk terakhir kalinya. Makanya aku niat mau ke Inggris. Bukan Will, aku bukan mau nagih janji kamu yang katanya mau ajak aku keliling Buckingham Palace, menikmati London di musim gugur sambil merasakan naik jaringan transportasi kereta bawah tanah kalian yang tersohor itu. Walaupun aku jelas pengen banget ngerasain itu semua.
Kamu masih ingat kan, kamu pernah bilang kalau kamu suka sekali cemilan yang ini?

Nah aku mau bawain kamu segambreng kesana. Lumayan buat teman minum teh sore hari :D. Nggak usah dipikirin, nanti disana aku jalan-jalan sendiri nggak pa-pa kok.
Itu aja yang mau aku bilang sebelum aku bangun dari mimpi dan ini kemudian buyar. Sampai ketemu disana, Will





twitter: @lhinnyFB         : Lini Al's

It's Because of You, Becks!



David Beckham adalah orang yang paling bertanggung-jawab atas keinginan gue yang besar untuk ke Inggris. YA, lo Becks! Lo alasan utamanya. Lo David Robert Joseph Beckham, pria terganteng di dunia versi gue. Tipe pria-gue-mau-dijadiin-istri-keduanya yang sudah bikin gue tergila-gila sejak SMP. ES-EM-PE… 20 tahunan yang lalu! (Becks.. mereka yang baca ini pasti lagi ngitung umur gue.. mmmm whatever…)

Anyway, Becks..lo mungkin gak sadar pengaruh lo sm gue sebesar apa. Gue tahu dengan apa yang lo punya, wajah tampan, skill hebat, duit banyak lo bisa dapetin hampir semua yang lo mau. Jadi sekarang gue mau cerita bahwa selain itu semua lo punya pengaruh buat berjuta umat manusia lainnya di belahan bumi lain, salah satunya gue. Kegilaan gue tentang lo menumbuhkan kecintaan gue sama klub bola pertama lo, si setan merah Manchester United. Gue udah pernah nulis ini sebelumnya..silakan baca kalo lo gak percaya, Becks. Perpaduan antara lo dan warna merah adalah alasan awal gue cinta dengan Manchester United. Gue awalnya bukan pecinta sepakbola, tapi sejak gue tahu ada pemain seganteng lo di timnas Inggris, gue pun mulai mencari tahu tentang klub asal lo. Jaman SMP gue punya stiker seukuran selembar kertas HVS yang isinya kumpulan gambar diri lo dan anak lo, Brooklyn, saat itu. Gue gak pernah tempelin tuh stiker. Gue biarin tetap dalam plastic dan gue pajang kayak poster di kamar. Mungkin sampai sekarang masih tersimpan rapi di kamar rumah gue di kampung halaman sana. Gue punya potongan foto lo dan Michael Owen dari koran yang gue simpan sampai sekarang bersama semua dokumen penting gue.

Buat gue kala itu, David Beckham is Manchester United and Manchester is Red. Gue gak bisa gak takjub dan melongo tiap liat lo di tv or iklan underwear itu. Gue rela ngabisin kuota internet hanya untuk buka youtube dan lihat semua gol spektakuler lo selama di Man Utd.

Dan walaupun akhirnya dengan 394 penampilan dan 85 gol yang lo buat, lo kemudian pindah ke klub lain, cinta gue tetap buat lo dan buat Manchester United. Gue gak nangis saat lo milih si cewek jutek Victoria untuk jadi istri lo, tapi gue sedih luar biasa saat Sir Alex mengundurkan diri sebagai manajer Man Utd Mei tahun lalu. Gue udah tahan mental nobar pake jersey Man Utd sendiri di tengah ratusan orang dengan jersey tim lawan. Gue sanggup tahan di-bully kalo Man Utd kalah dalam pertandingan. Pokoknya gue gak akan kehabisan kata membela tim ini. Tim kesayangan gue.

Gue sering mengkhayal sendiri gimana rasanya bisa nonton di Old Trafford. Menghirup aura kejayaan di Theatre of Dreams. Ngebayangin bisa lari-lari sambil teriak sekuatnya di lapangan hijau tempat Rooney, Giggs, Chicha, Jones dan lo bertanding. 
Atau pasang senyum nakal saat membayangkan ada di ruang ganti pemain dan kalian sedang dapat hair dryer treatment dari opa Alex saat itu. Walau gak pasti sih, gue senyum karena lihat tampang lo kena omel atau karena lihat badan bagus lo apalagi kalo topless. (Wajar ya Becks, Vic gak pernah senyum kalo difoto..lah suaminya bikin semua perempuan keblenger).


Makanya gue pengen banget ke Inggris, ke Manchester, nyambangin kota dengan dua klub besar nya. Gue harus ke Inggris, Becks!! Gue penasaran bagaimana ‘pembagian’ wilayah antara si Merah dan Biru Langit di Manchester? J. Gue gak mungkin kesana sebagai pemain bola, secara gue gak sepakbola walau betis gue se’seksi’ para pemainnya :p. Seandainya Old Trafford buka lowongan untuk tukang bawa air minum di ruang ganti pemain, gue mau deh. Tapi ada gak? Gue juga gak sanggup beli tas istri lo yang katanya 40 juta sebiji itu. Kalo gue sanggup beli tas segitu, mungkin udah beberapa kali gue ke Inggris.

Ke Old Trafford dan nonton langsung disana ada dalam urutan atas WishList gue, Becks. Daftar 10 things I should do before I die. Gue bukan mau nakutin lo sih Becks. Gue bukannya mau meninggal sekarang. Gue gak mengidap penyakit mematikan. Tapi demi semua khayalan gue diatas, Becks...gue kudu, wajib, harus ke Inggris.  Kalopun gue gak ketemu lo langsung disana, paling gak gue bisa lihat langsung foto lo di dinding Old Trafford. Gue gak bakalan bikin drama nangis-nangis sambil teriak "Whyyyyy lo pilih Victoriaaaa???" dengan ekspresi Raditya Dika. Gak bakal Becks... Gue udah move-on dari mimpi gue mau jadi someone nya lo. Secara lo udah empat anak juga ya... dan gak mungkin gue nyaingin Nyonya lo yang makin hebat sekarang.  Tapi lo gak mau kan jadi orang yang bikin wish list gue gak sempurna?? *kedipmerayu*. Gue relaaa makan Veetos sampai sebungkus-bungkusnya, Becks..kalo itu bisa bawa gue ke Inggris. 



So, kalo lo baca ini mudah-mudahan lo mau cari cara untuk terbangin gue ke Manchseter. Btw, jangan lupa minta orang terjemahin ya (yang bagian Victoria nya gak usah deh)…atau email gue..gue kirim versi Bahasa Inggrisnya. 

Ok, Becks??? Pleaaaaaseeeee




https://www.facebook.com/red.shop.5
twitter : @lhinny
FB     : Lini Al's