Rabu, 27 Juli 2011

Pagi ini..
hanya ada aku dan kau...
diantara ratusan aksara berjumpalitan mencari bentuk yang sempurna
semoga tak lama lagi




(working on my thesis)

Selasa, 26 Juli 2011

Gagal (Lagi)

Hari ini aku harus mengakui bahwa aku gagal. Gagal memenuhi janji pada diriku sendiri..
Gagal menuntaskan pekerjaan yangbahkan kususun dengan rapi

Sepertinya aku butuh dicambuk....
butuh pupuk untuk niat yang kerdil

kita lihat besok...
akankah matahari sanggup tularkan hangatnya
pada tekad yang lunglai

Senin, 11 Juli 2011

Kok bisa suka?

Kalo temanku mikir keras jika ditanya : "Makanan apa yang tidak kau suka?" maka saya akan mengerutkan kening sekerut-kerutnya kalo ditanya : "Kok bisa suka sama orang itu?" Mending ditanya soal bahasa inggris deh...paling gak saya bisa buka google translate kalo kepepet :-).

Jujur, saya paling gak bisa jawab pertanyaan itu...parahnya lagi sering pula pertanyaan itu dilontarkan ke saya. Yaolo....selera cinta saya segitu "tidak biasanya" kah? Menurut gw sih gak....Coba liat..pria yang beruntung untuk saya sayangi (no protests, fellas..!) itu tergolong pria normal..bisa mengerti bahasa manusia, berjalan pakai kaki...mendengar dengan telinga...tidak terdeteksi menderita depresi...nah kan....Yang lucunya...pertanyaan itu juga terlontar dari para pria yang pernah dan sedang dekat dengan saya. "Kenapa sih kamu milih aku?" Dalam hati saya menjawab...Ya kalo gw milih SBY itu namanya PEMILU bukan pacaran. Atau "Kamu kok bisa sayang ma aku?" Arrgh...kalo bukan momennya lagi serius dan tidak berpengaruh pada masa single ku sudah mau kujawab: Gw maunya sayang ma David Beckham sih...cuma kejauhan...plus mahal ongkos operasi plastik spy kurus kayak istrinya.

Pertanyaan aneh menurutku. Karena jawabannya akan terlalu dangkal untuk dijabarkan dengan kata-kata. 
Jawaban standar adalah..karena dia baik, bertanggung jawab, patuh, rajin menabung, rajin menyapu..de-es-be.
Booooooo, kalau ukurannya itu pasti semua juga suka. Mana ada orang yang suka sama orang lain karena jahat, 
tukang bohong, rampok...unless...dia pernah kejatuhan beton 10 kg yang ajaibnya bisa selamat tapi trus merasa 
dia adalah makhluk planet Pluto.

Tapi mau jawab dengan kata-kata indah pasti jatuhnya lebay dan romantis gak pada tempatnya. Masa tiap kali 
ditanya, kita bakal menjawab: "Karena engkaulah sang purnama dalam hidupku yang menyalakan bara cinta."? 
*gubrak*

Ini persoalan hati. Dan biarkan saja tiap hati menjawabnya dengan caranya sendiri. Gak usah dibatasi...
karena memang tak kan bisa. Call me a conventional person when it's come to love. Cinta, sayang, kasih itu 
terlalu luas untuk di'ucapkan' dan kadang tak pernah cukup disampaikan dengan tatap mata, 
dekapan tangan, tawa atau bahkan air mata.

Jadi, masih mau bertanya?? Mau kulempar sendal?? hehehehehe

Minggu, 10 Juli 2011

Ketika Tuhan Tak Dapat Dimengerti

Beberapa waktu lalu, saya dapat kabar..Om saya; saudara sepupu alm.bapak; meninggal dunia. Mengejutkan, karena tak pernah ada kabar beliau sakit keras. Walau saya dan beliau tak cukup dekat, namun tak pelak berita itu membuatku termangu. Belum lama rasanya, kira-kira setahun lalu mungkin, beliau dan 2 putra-putrinya ditinggalkan oleh istri tercinta yang meninggal karena sakit. Kini anak-anak mereka harus merasakan kehilangan ayah mereka.

Perasaanku berkecamuk, mengingat bagaimana sedih dan hancur kedua saudara sepupuku. Berkali-kali saya menanyakan kabar mereka via saudara-saudara lain. "Bagaimana Mbak Hani & Dinda? Semoga mereka tetap kuat." Begitu isi pesanku pada mereka yang melayat. Tak kubayangkan bagaimana perasaan mereka. Tidak lagi memiliki ayah-ibu yang mendampingi mereka, apalagi keduanya belum ada yang menikah.

Ingatanku kembali ke sebuah judul buku milik ibuku. Ketika Tuhan Tak Dapat Dimengerti. Buku yang dibaca ibu saya ketika baru saja kami kehilangan ayah. Saat itu, Ibu memang cukup terpukul dengan kepergian beliau. "Kadang mama tidak mengerti, nak. Apa susahnya Tuhan mengusir penyakit langka itu dari papa? Hanya butuh seujung jari saja. Papa sudah menjadi pelayan-Nya selama berpuluh-puluh tahun, apakah tidak bisa Tuhan memperhitungkan itu semua? Tapi, kadang memang kita tida perlu mengerti, nak. Bahkan papa saja tidak marah ketika hal itu mama tanyakan padanya, di saat-saat terakhirnya. Kita cukup mengimani bahwa itulah yang terbaik."


Dan ketika peristiwa duka ini menimpa sepupu-sepupu saya, benak saya pun memunculkan pertanyaan yang sama. Pertanyaan yang (mungkin) takkan berujung pada jawaban. Mungkin hanya hati yang terus memaklumi bahwa itulah arti dari IMAN, bahwa Dia yang tahu apa yang terbaik bagi kita., sesusah apapun itu bagi akal manusia fana seperti kita. Setidakmasukakal apapun itu bagi kita yang tercipta dari debu dan tanah.

Tuhan memang (terkadang) tak dapat dimengerti. Tapi bagi saya, Dia ada. Memeluk, membelai bahkan "menampar" kita. Dia hanya perlu kita percaya dan pasrah pada-Nya.

Selamat Jalan, Om Sinang Sigilipu. Salam buat Papaku di atas sana!