Dear William,
Apa kabar kamu disana? Semakin
sibuk pastinya dengan berbagai tugas kerajaan. Apalagi sekarang sudah ada si
kecil George. Bertambah lagi peran, sebagai ayah. Anakmu lucu, Will!
Menggemaskan! Pengen kukunyah pipi gembulnya itu, pasti mata birunya bakal
membelalak. Hahaha… IIh membayangkannya saja sudah membuatku geregetan. Pantas
kamu makin bahagia sekarang ya, Will. Punya istri cerdas dan cantik, anak yang
super duper menggemaskan.
Ngomong-ngomong soal istri, Kate
apa kabar, Will? Tampaknya dia sudah beradaptasi ya dengan segala tata karma keluargamu
itu. Satu nilai lebih lagi untuk dia dibanding aku. Tapi aku senang dia
mendapatkanmu..dan sebaliknya J
Memang harus orang seperti dia yang bisa menggantikanku menjadi pendampingmu.
Tunggu Will…jangan dirobek dulu
suratnya… Aku cuma ingin ngucapin selamat buat kamu dan Kate. Selamat
berbahagia selama-lamanya. Mungkin terlambat..tapi lebih baiklah. And..i would
like to say I’m sorry. Sorry karena tidak bisa mendampingimu. Masalahnya bukan
di kamu, Will. Ini sepenuhnya tentang aku. Aku gak bisa jalanin hubungan beda
benua kayak gini. Kejauhan, Will. Berat di ongkos, berat di hati. Kamu mungkin
nggak masalah di bagian ongkosnya. Tapi aku pingsan sudah. Kamu tahu kan beda
nya nilai tukar Rupiah dan Poundsterling, Will?.
Aku juga gak sanggup Will, ikutin
semua peraturan kerajaan. Segala tata krama itu memang bukan untuk manusia
serampangan seperti aku. Cara melambaikan tangan yang anggun, tersenyum manis,
melipat kaki yang sopan, mengangkat cangkir teh, beru membaca manual booknya saja aku sudah seperti
mau ujian disertasi doktoral rasanya. Mumet!
Itu alasannya aku mundur, Will.
Aku nggak sempat bicara langsung sama kamu. Entah pesanku waktu itu disampaikan
nggak ke kamu. Tapi aku beneran minta maaf. Walaupun aku udah jatuh cinta sama
kamu sejak lihat wajah sedih tertahan kamu di hari pemakaman ibu kamu. Aku
bela-belain ikutin prosesi pemakaman itu di depan tv. Nggak pakai ganti baju
sekolah dulu waktu itu. Pulang langsung duduk depan tv, nungguin kamu nongol.
Ya sudahlah, Will. Toh kamu
sekarang mendapatkan penggantiku. Dia lebih cocok dan sepadan sepertinya dengan
kamu. Btw, dia tahu tentang kita? Penasaran aja aku. Kamu juga terlihat bahagia
bersamanya. Tapi itu rambut kenapa makin botak, Will? Kamu kayak gitu amlah
kelihatan jauh lebih tua, walau senyum dan mata kamu tetap memikat.
Will, ada yang mau aku kasih ke
kamu, untuk terakhir kalinya. Makanya aku niat mau ke Inggris. Bukan Will, aku
bukan mau nagih janji kamu yang katanya mau ajak aku keliling Buckingham
Palace, menikmati London di musim gugur sambil merasakan naik jaringan
transportasi kereta bawah tanah kalian yang tersohor itu. Walaupun aku jelas
pengen banget ngerasain itu semua.
Kamu masih ingat kan, kamu pernah
bilang kalau kamu suka sekali cemilan yang ini?
Nah aku mau bawain kamu
segambreng kesana. Lumayan buat teman minum teh sore hari :D. Nggak usah
dipikirin, nanti disana aku jalan-jalan sendiri nggak pa-pa kok.
Itu aja yang mau aku bilang sebelum aku bangun dari mimpi dan ini kemudian buyar. Sampai ketemu disana, Will