Selasa, 08 September 2009

Suatu saat di Minggu sore...

CR: So, tunggu aja di tempatmu non, sekitar jam 2 an...kita bakal kesana...
Aku : Ok!

Sebuah sms dari teman lama akhirnya memastikan bahwa rencanaku untuk ketemuan dengan 2 teman lama jadi terlaksana. Ini berarti aku harus minta ijin dulu sama suami...dibolehin gak ya..? Maklum, sang suami terkadang "khawatir" kalao aku pergi tanpanya. Tapi, akhirnya dengan diiringi pesan : "jangan boros-boros" dan "jangan macam-macam", aku berhasil dapat 'boarding pass' dari suami.
Dan..hari Minggu siang itu, 3 orang yang pernah terikat dalam satu "penjajahan"-begitu kami menyebut tempat kerja lama kami...;-)- akhirnya bertemu dan ngobrol panjang lebar...mulai dari kisah sedih, kabar sekarang, tempat kerja baru, kabar tempat kerja lama (satu teman kami masih betah di tempat "penjajahan"). Aku bertanya pada salah satu teman yang kini sudah jadi abdi negara :

Aku : "Jadi..apa kegiatanmu sekarang? Apa kerjaanmu?"
CR : "Wah, sejahtera hidupku sekarang...masuk kerja jam setengah delapan...jam dua istirahat..tidur di kantor. Sore pulang..."
Aku: Tidur? dimana?
CR : "Di kantor...sampai bawa bantal segala, hehehe..."

yang satu lagi..:
Aku : "Gimana kabar BM, mbak?"
SC : "Biasalah..hampir semua orang disana udh mau gila..tinggal aku aja yang waras." Hehehehe..."

Harus kuakui..daya juang SC emang hebat! bisa bertahan di tempat "penjajahan" sampai sekarang.
Obrolan berlanjut hingga waktu buka puasa di salah satu restoran fast food. Karena kami adalah potret-potret wanita pekerja yang masih belum menyebarkan undangan pernikahan, maka dengan pasti obrolan pun menyentuh ranah soal jodoh dan segalanya..

SC: "Tadi pagi ibuku menelepon...beliau tanya..kapan aku bakal menikah."

Kami pun sibuk menimpali dengan berbagai tanggapan.

Aku: "Ngapain buru-buru ya? Daripada dapat suami selingkuh?"
CR : "Tul...aku sependapat...aku juga mau nikah karena emang mau nikah bukan karena terdesak umur"

Sore itu buat aku adalah sore yang menyegarkan..me-rejuvenate "sel-sel" otakku. Sore itu cukup membuatku senang. Ternyata aku memang butuh berkumpul dengan "kelompokku", mereka yang se"aliran" pandangan hidup denganku. Dengan mereka aku bebas tertawa-tawa, mencurahkan isi otakku yang kadang berseberangan dengan pandangan umum, bebas protes sana-sini. Maklum, selama ini di tempat kerja, aku dikelilingi dengan staf-staf yang berjarak rata-rata 4-10 tahun di bawahku, dengan pikiran yang tidak se"liberal" diriku. Kebayang kan kalo aku bilang : "samen leven itu ada gunanya lho" kepada para daun muda itu? hehehehe..Bisa melotot dan pingsan kali..Dan aku pun dituduh amoral, tanpa perlu penjelasan maksud perkataanku lebih lanjut. Hahaha!
Aku kemudian memetik pelajaran bahwa beradaptasi dengan lingkungan, berbaur dengan habitat baru, bukan berarti kita harus membiarkan ide-ide dan pikiran kita terkungkung karena ketidaksesuaian dengan lingkungan baru. Berbaur bukan berarti hilang identitas..hilang jati diri. Terkadang kita hanya perlu keluar sejenak, mencari "kawanan" kita, meluapkan segala rasa sehingga hati terasa plong, lega, dan membawa aura positif ke lingkungan dimana kita berada. Kita pun menyadari bahwa di luar sana masih ada mereka-mereka yang mengalami hal yang sama dengan kita. Paling tidak itu menjadi suatu penghiburan tersendiri.

Minggu sore itu pun kita tutup dengan janjian untuk kembali bertemu dan pergi menyantap ikan bakar...! Mmmm..tidak sabar rasanya menunggu saat itu tiba!

3 komentar:

  1. masih soal kawin rupanya... sinih! aku kawinin aja! (pasti mau!)

    BalasHapus
  2. situ sih nggak ngerasin kalo berbaur di lingkungan yang tidak sealiran? dikawinin..yakin pasti mau?

    BalasHapus
  3. lah balik nanya.. situh mau gak dikawinin sinih?

    BalasHapus